Pseudocode adalah langkah awal penting sebelum menulis kode program. Sayangnya, banyak pemula maupun mahasiswa sering melakukan kesalahan kecil yang membuat pseudocode sehingga sulit dipahami, bahkan membingungkan diri sendiri. Artikel ini akan membahas kesalahan umum saat menulis pseudocode dan bagaimana cara menghindarinya.
1. Terlalu Mirip dengan Bahasa Pemrograman
Banyak orang menulis pseudocode seperti sedang menulis Python, Java, atau C++. Padahal, pseudocode seharusnya bersifat bahasa natural yang mudah dimengerti siapa saja.
Gunakan kalimat sederhana. Misalnya:
- Salah:
for i in range(0,10): print(i)
- Benar: Ulangi dari 0 sampai 9, lalu tampilkan angka tersebut.
2. Tidak Konsisten dalam Penulisan
Beberapa orang mencampur gaya bahasa atau simbol yang berbeda-beda. Contoh: di awal pakai “IF”, lalu di bawahnya pakai “jika”.
Cara menghindarinya dengan Tentukan gaya sejak awal. Misalnya, mau full bahasa Inggris atau full bahasa Indonesia. Konsistensi bikin pseudocode lebih enak dibaca.
3. Mengabaikan Struktur Dasar
Pseudocode yang baik tetap punya alur: mulai → proses → akhir. Jika strukturnya acak-acakan, pembaca akan bingung.
Gunakan indentasi atau poin-poin agar terlihat jelas bagian langkah-langkahnya.
4. Menulis Terlalu Detail
Kesalahan umum lainnya adalah menuliskan pseudocode se-detail kode program. Akibatnya, pseudocode malah ribet.
Ingat, pseudocode itu abstraksi. Cukup tulis langkah-langkah logis, bukan sintaks teknis.
5. Terlalu Singkat dan Kurang Jelas
Kebalikan dari terlalu detail, ada juga yang terlalu ringkas. Misalnya cuma menulis: Hitung total belanja.
Jelaskan sedikit lebih lengkap: Jumlahkan semua harga barang, lalu tampilkan total belanja.
6. Menggunakan Istilah Teknis yang Membingungkan
Kalau pseudocode penuh istilah teknis (API, pointer, dll.), pembaca non-programmer bisa bingung.
Gunakan istilah umum yang dipahami banyak orang. Misalnya ganti iterate array dengan ulangi setiap data dalam daftar.
7. Tidak Menangani Kondisi Khusus
Banyak pseudocode hanya menulis alur normal, tapi lupa kondisi lain. Misalnya: “hitung rata-rata” tanpa memikirkan bagaimana jika datanya kosong.
Selalu tambahkan pengecekan. Contoh: Jika daftar kosong, tampilkan pesan error. Jika tidak, hitung rata-rata.
8. Mengabaikan Format Input dan Output
Pseudocode sering hanya fokus pada proses, tapi lupa mendeskripsikan input dan output.
Jelaskan data apa yang masuk dan apa yang keluar. Contoh:
- Input: daftar angka
- Proses: jumlahkan semua
- Output: total
9. Tidak Menggunakan Indentasi
Indentasi membantu orang membedakan bagian jika, ulangi, atau blok perintah. Tanpa indentasi, pseudocode jadi berantakan.
Gunakan tab/spasi untuk menjorokkan bagian dalam.
Contoh:
Jika nilai >= 60
Tampilkan "Lulus"
Jika tidak
Tampilkan "Gagal"
10. Tidak Menguji Pseudocode
Kesalahan terakhir adalah langsung merasa pseudocode sudah benar tanpa dicek. Akibatnya, saat diubah jadi kode program, logikanya sering salah.
Cara menghindarinya dengan membaca kembali pseudocode seperti kamu mengikuti instruksi. Kalau alurnya masih masuk akal, berarti pseudocode sudah benar.
Study Case: Program Menentukan Nilai Kelulusan Mahasiswa
Seorang mahasiswa ingin membuat program sederhana untuk menentukan apakah dia lulus atau tidak lulus berdasarkan nilai ujian.
- Jika nilai ≥ 60 → “Lulus”
- Jika nilai < 60 → “Tidak Lulus”
Contoh Pseudocode yang Salah (banyak pemula nulis begini)
if nilai >= 60:
print("Lulus")
else:
print("Tidak Lulus")
Terlalu mirip bahasa pemrograman (Python). Kalau orang non-programmer membacanya, pasti kebingungan.
Contoh Pseudocode yang Benar (lebih mudah dipahami)
Mulai
Input nilai ujian
Jika nilai lebih besar atau sama dengan 60
Tampilkan "Lulus"
Jika tidak
Tampilkan "Tidak Lulus"
Selesai
Kenapa lebih baik?
- Bahasanya menggunakan susunan kata yang natural (Indonesia/Inggris bisa, asal konsisten)
- Mempunyai struktur jelas (Mulai → Input → Proses → Output → Selesai)
- Ada indentasi agar lebih rapi
Pseudocode adalah jembatan antara logika manusia dan bahasa mesin. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan di atas, kamu bisa menulis pseudocode yang lebih rapi, mudah dipahami, dan bermanfaat dalam proses belajar pemrograman. Ingat, pseudocode bukan soal gaya keren, tapi soal kejelasan logika.
Sebagai penutup, jika Anda ingin bisnis Anda lebih dikenal dan muncul di halaman pertama Google, Jasa SEO Terpercaya Optimaise siap membantu! Dengan pengalaman dan strategi SEO yang teruji, kami telah berhasil meningkatkan visibilitas banyak bisnis di Malang, Bali, dan Jakarta. Jangan biarkan pesaing Anda selangkah lebih maju—optimalkan website Anda sekarang juga!
💡 Dapatkan strategi SEO terbaik untuk bisnis Anda! Kunjungi optimaise.co.id dan berlangganan layanan kami untuk hasil yang maksimal. 🚀