Membacakan dongeng sebelum tidur bukan hanya membuat anak cepat terlelap, tapi juga bisa jadi momen hangat antara orang tua dan buah hati. Apalagi kalau dongengnya disertai gambar, tentu imajinasi si kecil akan semakin hidup.
Dalam artikel ini, kami sudah menyiapkan beberapa dongeng anak sebelum tidur bergambar yang ringan, penuh pesan moral, dan cocok dijadikan pengantar tidur. Yuk, temani malam si kecil dengan cerita seru yang membuatnya tersenyum sebelum memejamkan mata.
Table of Contents
Dongeng Anak 1: Mangga di Pekarangan
Di sebuah desa kecil, ada sebuah rumah dengan pekarangan luas. Di tengah pekarangan itu tumbuh pohon mangga besar. Pohon itu sudah ada sejak lama, dan setiap musim berbuah, mangga-mangganya selalu ranum, manis, dan harum.
Anak-anak di kampung sering datang untuk melihat pohon itu. Mereka suka sekali buah mangganya. Namun, karena terlalu bersemangat, kadang mereka memetik mangga tanpa izin dan tidak bergantian. Akibatnya, mangga cepat habis, dan sebagian anak tidak kebagian.
Melihat hal itu, pemilik rumah, Pak Hasan, tersenyum lalu memanggil anak-anak. “Anak-anak, pohon ini berbuah banyak sekali. Tapi kalau kalian memetik sembarangan, ada yang senang, ada pula yang kecewa. Bagaimana kalau kita buat aturan sederhana?”
Anak-anak pun mengangguk penasaran. “Mulai sekarang, setiap sore kita akan memetik mangga bersama-sama. Kita ambil secukupnya, lalu makan di halaman ini. Kalau ada lebih, kita bagi untuk dibawa pulang.”
Hari berikutnya, anak-anak berkumpul di pekarangan. Mereka memetik mangga dengan hati-hati, sebagian membantu mengumpulkan, sebagian lagi mengupas dan membagi. Semua mendapat bagian sama rata. Suasana sore itu terasa hangat, ada tawa, ada cerita, dan tentu saja ada rasa manis mangga yang mereka nikmati bersama.
Sejak saat itu, pohon mangga di pekarangan menjadi tempat berkumpul yang penuh kebahagiaan. Anak-anak belajar bahwa berbagi membuat semua merasa senang, dan sesuatu yang dinikmati bersama jauh lebih indah daripada dinikmati sendiri.
Mereka pun berjanji akan menjaga pohon mangga itu agar terus berbuah, sehingga bisa menjadi kenangan manis sepanjang masa.
Baca juga: 6 Dongeng Pendek Inspiratif yang Cocok untuk Menumbuhkan Imajinasi Anak
Dongeng Anak 2: Sandal yang Tertukar
Di sebuah sekolah kecil di desa, anak-anak selalu melepas sandal mereka sebelum masuk kelas. Halaman depan sekolah penuh dengan sandal berjejer, ada yang baru, ada yang sudah tua, ada pula yang warnanya beragam.
Suatu hari, saat jam pelajaran usai, Budi bergegas pulang. Ia mengambil sepasang sandal yang mirip dengan miliknya. Tapi setelah beberapa langkah, ia merasa sandal itu agak sempit. Budi pun berhenti dan memperhatikan baik-baik. “Eh, ini bukan sandalku,” gumamnya.
Tak lama, datang temannya, Joko, yang kebingungan mencari sandalnya. “Siapa ya yang ambil sandalku? Sandalku mirip sekali dengan punyamu, Bud.”
Budi pun tersenyum dan berkata, “Oh, sepertinya aku yang salah ambil. Maaf ya, Jok, aku kira ini punyaku.” Ia lalu mengembalikan sandal itu dan mengambil sandal miliknya yang ternyata berada di sebelah.
Joko tidak marah, malah tertawa. “Haha, mirip sekali sih, pantas tertukar. Untung kamu cepat sadar.”
Budi ikut tertawa. Mereka pun pulang bersama sambil bercanda, dan sejak hari itu, mereka punya kebiasaan baru, menandai sandal masing-masing dengan coretan kecil agar tidak tertukar lagi.
Anak-anak lain pun ikut menandai sandal mereka. Suasana di sekolah menjadi lebih rapi, tidak ada lagi sandal yang salah ambil atau tertukar.
Dari kejadian sederhana itu, Budi belajar bahwa menyelesaikan masalah dengan tenang lebih baik daripada marah-marah. Ia juga belajar bahwa terkadang kesalahan kecil bisa menjadi awal kebiasaan baik yang bermanfaat untuk semua.
Dongeng Anak 3: Pak Tani dan Jagung Manis
Di sebuah desa subur, tinggal seorang petani bernama Pak Tani. Setiap pagi, ia pergi ke sawah dan ladangnya untuk menanam jagung. Ia merawat jagung-jagung itu dengan penuh kesabaran: menyiram, memberi pupuk, dan menyiangi rumput liar.
Musim berganti, batang jagung tumbuh tinggi dan mulai berbuah. Tongkol-tongkol jagung tampak besar, dengan biji kuning yang mengkilap. Melihat itu, anak-anak desa yang sering bermain di dekat ladang menjadi penasaran.
“Wah, jagungnya besar sekali, Pak!” seru Rina.
“Iya, pasti manis rasanya,” tambah Andi.
Pak Tani tersenyum. “Kalau kalian mau, nanti saat panen kita ambil bersama-sama.”
Hari panen pun tiba. Anak-anak membantu Pak Tani memetik jagung. Ada yang memetik dari batang, ada yang mengumpulkan ke dalam keranjang. Meski pekerjaan itu melelahkan, mereka melakukannya dengan gembira.
Setelah jagung terkumpul, Pak Tani merebus beberapa tongkol. Aroma harum jagung rebus menyebar ke seluruh pekarangan. Anak-anak pun duduk melingkar, menikmati jagung hangat yang manis dan empuk.
“Enak sekali!” seru mereka sambil tersenyum bahagia.
Pak Tani berkata, “Jagung ini manis karena kita rawat bersama, dan rasanya lebih nikmat karena dimakan bersama.”
Sejak hari itu, anak-anak desa tidak hanya suka bermain di ladang, tetapi juga ikut membantu Pak Tani. Mereka belajar bahwa kerja sama membuat pekerjaan lebih mudah, dan hasilnya bisa dinikmati bersama-sama.
Pohon-pohon jagung berikutnya pun tumbuh lebih subur, karena tangan-tangan kecil itu ikut merawatnya dengan penuh semangat.
Dongeng Anak 4: Sepeda Tua Kakek
Di sebuah desa kecil, ada seorang kakek yang setiap hari mengayuh sepeda tuanya. Sepeda itu sudah menemaninya sejak muda, warnanya pudar dan catnya mulai terkelupas. Namun bagi Kakek, sepeda itu penuh kenangan.
Setiap pagi, Kakek mengantar cucunya, Rafi, ke sekolah dengan sepeda itu. Walau tidak secepat motor, Rafi selalu merasa senang duduk di jok belakang sambil melihat pemandangan desa. Angin sepoi-sepoi dan suara roda berdecit membuat perjalanan terasa hangat.
Suatu hari, teman Rafi mengejek, “Kenapa kamu diantar dengan sepeda tua? Bukankah lebih keren naik motor?” Rafi sempat merasa malu. Namun Kakek tersenyum dan berkata, “Nak, sepeda ini memang tua, tapi masih kuat membawa kita. Yang penting bukan tampilannya, melainkan manfaatnya.”
Mendengar itu, Rafi mulai berpikir. Sepeda tua itu memang sudah lama, tetapi selalu setia mengantarnya ke sekolah, ke sawah, bahkan ke pasar. Sepeda itu juga tidak pernah mogok dan tidak membutuhkan bensin.
Beberapa hari kemudian, roda sepeda kempes. Rafi membantu Kakek menambalnya. Saat selesai, Kakek berkata, “Lihat, kalau kita merawat sesuatu dengan baik, meski tua sekalipun, ia tetap berguna.”
Sejak saat itu, Rafi tak lagi malu. Ia malah bangga bercerita pada teman-temannya bahwa sepeda tua Kakek punya banyak kenangan dan masih kuat dipakai. Teman-temannya pun akhirnya ikut mencoba naik sepeda itu, dan mereka tertawa bersama menikmati perjalanannya.
Sepeda tua Kakek bukan hanya alat transportasi, tapi juga simbol kesetiaan, kesabaran, dan rasa syukur. Rafi belajar bahwa sesuatu yang sederhana bisa memiliki nilai besar jika dijaga dengan penuh cinta.
Baca juga: 6 Cerita Dongeng Pendek Penuh Imajinasi untuk Si Kecil
Dongeng Anak 5: Burung Merpati dan Potongan Roti
Di sebuah taman kota, seekor burung merpati terbang rendah mencari makan. Perutnya lapar sekali karena sejak pagi belum menemukan biji atau sisa makanan. Saat ia mendarat di dekat bangku taman, matanya melihat potongan roti tergeletak.
“Ah, akhirnya aku menemukan makanan,” pikir si merpati gembira. Ia pun mengambil potongan roti itu dengan paruhnya.
Namun, tak jauh dari situ, ada seekor burung pipit kecil yang tampak lemah dan kelaparan. Pipit itu hanya menatap roti dengan mata sayu, tidak berani mendekat.
Merpati sempat ragu. “Kalau aku makan sendiri, perutku kenyang. Tapi pipit kecil itu… ia juga butuh makanan.”
Setelah berpikir sejenak, merpati membagi roti itu menjadi dua. Ia mendorong separuh potongan ke arah pipit. “Ayo, makanlah. Kita berbagi.”
Burung pipit menatap merpati dengan bahagia, lalu segera mematuk roti kecil itu. Mereka berdua makan bersama di bawah pohon, merasakan kehangatan meski hanya dengan potongan roti sederhana.
Ketika senja tiba, pipit berkata, “Terima kasih, Merpati. Kalau bukan karena kebaikanmu, mungkin aku tidak kuat terbang pulang.”
Merpati tersenyum. “Tidak apa-apa. Makanan yang dibagi terasa lebih nikmat daripada dimakan sendiri.”
Sejak hari itu, merpati dan pipit sering terbang bersama. Mereka mencari makan dengan saling membantu, dan taman itu pun menjadi tempat penuh persahabatan.
Dari berbagai contoh dongeng anak sebelum tidur bergambar, kita bisa melihat bahwa cerita singkat dengan ilustrasi menarik mampu memberi kesan mendalam bagi si kecil. Tidak hanya membuat tidur lebih nyenyak, tetapi juga menanamkan nilai-nilai positif sejak dini.
Bagi kamu yang ingin menghadirkan konten berkualitas seperti ini, Optimaise sebagai digital marketing agency Malang siap membantu lewat layanan jasa penulisan artikel yang SEO-friendly, human-friendly, dan pastinya relevan dengan audiens.
Dan jika kamu penasaran dengan variasi cerita lainnya, jangan lupa juga untuk menyimak artikel menarik kami tentang dongeng sebelum tidur romantis.