Indonesia kaya akan cerita dongeng rakyat yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Setiap dongeng tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat akan nilai budaya dan kearifan lokal.
Dari kisah pahlawan pemberani hingga legenda asal-usul tempat tertentu, cerita dongeng rakyat mengajarkan anak-anak tentang kebaikan, keberanian, kejujuran, dan rasa hormat terhadap sesama.
Membaca dongeng-dongeng ini tidak hanya membuat anak terhibur, tetapi juga mengenalkan mereka pada warisan budaya yang berharga dan membentuk karakter sejak dini.
Table of Contents
Cerita Dongeng Rakyat: Malin Kundang

Di sebuah desa nelayan di pesisir Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu miskin bersama anaknya yang bernama Malin Kundang.
Sejak kecil, Malin terkenal cerdas dan pekerja keras. Meskipun hidup mereka sederhana, sang ibu selalu menanamkan nilai kejujuran dan rasa hormat kepada orang tua pada Malin.
Seiring waktu, Malin tumbuh menjadi pemuda tampan dan cakap. Ia memiliki impian besar untuk merantau dan mencari kehidupan yang lebih baik. Dengan berat hati, sang ibu mengizinkan Malin pergi ke kota dengan harapan suatu hari ia akan kembali membawa kemakmuran.
Sebelum berangkat, sang ibu berpesan, “jangan lupakan ibu dan desa kita, Nak. Hargai selalu keluarga dan asalmu.” Malin pun berjanji dan pergi meninggalkan desanya.
Di kota, kerja keras Malin membuahkan hasil. Ia menjadi kaya raya dan dikenal sebagai pedagang sukses. Namun, seiring kekayaannya bertambah, kesombongan mulai muncul. Malin bertemu seorang wanita bangsawan dan menikahinya. Saat suatu hari, kapal Malin kembali ke desa untuk berbisnis, ibunya yang rindu ingin bertemu anaknya yang lama tak pulang.
Dengan hati penuh harap, sang ibu mendekati Malin. “Malin, nak, ibu ingin bertemu dan melihatmu berhasil,” katanya.
Namun, Malin yang malu akan asal-usulnya dan takut ditolak oleh istrinya menatap ibunya dengan dingin. “Jangan ganggu aku! Aku tidak mengenalmu!”, serunya dengan suara keras.
Hati sang ibu hancur mendengar perkataan anaknya sendiri. Ia bersedih, menangis, dan berdoa kepada Tuhan agar Malin menyadari kesalahannya.
Tiba-tiba, angin kencang dan gelombang laut menghantam kapal Malin. Kapal itu pecah dan Malin tenggelam ke dalam laut, meninggalkan ibunya yang menatapnya dengan sedih dan pilu.
Sejak saat itu, desa tersebut mengenang Malin Kundang sebagai pelajaran penting, yaitu harta dan kesuksesan tidak boleh membuat seseorang lupa akan asal-usul dan orang tua.
Kisah Malin Kundang mengajarkan bahwa kesombongan dan durhaka kepada orang tua akan membawa petaka, sementara ketaatan dan rasa hormat akan mendatangkan berkah.
Baca juga: Download 5 Buku Dongeng Anak yang Seru dan Mendidik
Cerita Dongeng Rakyat: Sangkuriang
Dahulu kala, di sebuah desa di tanah Pasundan, hiduplah seorang pemuda tampan bernama Sangkuriang. Ia tinggal bersama ibunya, Dayang Sumbi, yang cantik dan bijaksana. Namun, Sangkuriang tidak tahu bahwa Dayang Sumbi adalah ibunya karena ia dibesarkan tanpa mengetahui asal-usulnya.
Suatu hari, Sangkuriang pergi berburu dan menembak seekor rusa. Saat mencoba membawa pulang buruannya, ia tersesat di hutan dan bertemu seorang wanita tua. Ternyata wanita itu adalah Dayang Sumbi muda yang sedang menjaga rumahnya.
Tanpa menyadari hubungan mereka, Sangkuriang jatuh cinta pada Dayang Sumbi dan menyatakan niatnya untuk menikahinya. Dayang Sumbi terkejut dan sedih karena ia tahu Sangkuriang adalah anaknya sendiri.
Untuk menghindari pernikahan yang haram itu, Dayang Sumbi memberikan syarat yang mustahil, Sangkuriang harus membuat sebuah danau besar dan sebuah perahu dalam semalam. Sangkuriang yang keras kepala menerima tantangan itu.
Dengan kekuatan dan semangatnya, ia bekerja tanpa henti. Namun, saat fajar hampir tiba, Dayang Sumbi menipu Sangkuriang dengan menyalakan api di bukit sehingga ayam berkokok lebih awal.
Melihat ayam berkokok, Sangkuriang menyangka fajar telah datang dan marah karena merasa gagal. Dalam kemarahannya, ia menendang perahu yang hampir selesai, sehingga perahu itu terbalik dan menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Sangkuriang pun meninggalkan desa dengan hati hancur, sedangkan Dayang Sumbi tetap di desanya, bersedih namun lega karena berhasil menghindari pernikahan yang haram. Sejak itu, Gunung Tangkuban Perahu berdiri sebagai tanda legenda cinta dan konflik antara Sangkuriang dan ibunya.
Kisah ini mengajarkan tentang takdir, kebijaksanaan, dan pentingnya mengenal asal-usul diri sendiri. Masyarakat Sunda mewariskan cerita Sangkuriang dari generasi ke generasi sebagai pengingat bahwa keserakahan dan ketidaktahuan bisa membawa bencana, tetapi kecerdikan dan kebijaksanaan dapat menyelamatkan.
Cerita Dongeng Rakyat: Danau Toba

Dahulu, hiduplah seorang petani bernama Toba yang rajin bekerja di ladangnya. Setiap hari ia menanam, merawat, dan memanen hasil ladang. Di sela-sela kegiatannya, Toba sering pergi ke sungai untuk memancing, agar bisa mendapat lauk untuk dimakan atau dijual.
Suatu hari, setelah seharian berladang, Toba lapar dan pergi memancing seperti biasa. Namun, hari itu tak satu pun ikan yang berhasil ia tangkap. Sambil menunggu, Toba membayangkan betapa indahnya memiliki seorang istri yang menantinya pulang dan menyiapkan hidangan lezat.
Tiba-tiba, kailnya bergerak dan ia menarik seekor ikan mas besar. Toba pulang dengan gembira, siap mengolah ikan itu.
Sesampainya di rumah, Toba kaget karena ikannya hilang. Sebagai gantinya, muncul seorang perempuan cantik yang mengaku sebagai putri yang dulu dikutuk menjadi ikan. Karena Toba telah menyelamatkannya, sang putri berterima kasih dan bersedia menjadi istrinya dengan satu syarat, asal-usulnya sebagai ikan harus dirahasiakan. Toba setuju, dan mereka menikah.
Tak lama kemudian, Toba dan sang putri dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Samosir. Sayangnya, Samosir tumbuh menjadi anak pembangkang yang rakus dan malas.
Suatu hari, ketika ibunya meminta Samosir mengantar makan siang ayahnya ke ladang, Samosir tidak langsung menurut. Ia justru memakan sebagian bekal yang dibawa untuk ayahnya, membuat Toba sangat marah.
Dalam kemarahan, Toba lupa janjinya pada sang istri dan mengungkap asal-usulnya sebagai ikan, memanggil Samosir “anak ikan.”
Mendengar itu, sang putri sangat kecewa. Ia memutuskan pergi bersama Samosir. Dari langkahnya, air mulai keluar dari tanah hingga menggenangi seluruh desa.
Sang putri kembali menjadi ikan, dan air yang meluap akhirnya membentuk Danau Toba. Pulau tempat Samosir selamat menjadi Pulau Samosir. Toba yang menyesal hanya bisa menyaksikan semuanya dari kejauhan.
Kisah ini mengajarkan nilai penting, hormati orang tua, jaga ketekunan dan kerja keras, serta tepati janji. Mengingkari janji bisa melukai orang yang kita cintai, sementara kesetiaan dan integritas membangun keluarga yang harmonis.
Cerita Dongeng Rakyat: Keong Mas
Pada zaman dahulu, Raja Kertamarta memerintah Kerajaan Daha, dan ia memiliki dua putri cantik bernama Dewi Galuh dan Candra Kirana. Hidup mereka bahagia hingga datang seorang pangeran tampan dari Kerajaan Kahuripan bernama Raden Inu Kertapati.
Ia jatuh hati pada Candra Kirana dan melamar untuk menikahinya. Raja dan putrinya setuju, namun Dewi Galuh merasa iri karena diam-diam ia juga menyukai Raden Inu Kertapati.
Rasa iri Dewi Galuh berubah menjadi benci. Ia menemui seorang penyihir jahat dan meminta bantuannya untuk menyingkirkan Candra Kirana. Karena tidak bisa masuk ke istana, penyihir itu merencanakan kutukan melalui tipu daya.
Ketika Candra Kirana keluar istana, penyihir mengubahnya menjadi seekor keong emas. Sang penyihir memberi tahu bahwa kutukan itu bisa dibatalkan hanya jika Raden Inu Kertapati bertemu dengannya.
Suatu hari, seorang nenek yang mencari ikan menemukan keong emas itu. Terpesona oleh keindahannya, ia merawat keong tersebut. Keajaiban terjadi, setiap hari, makanan lezat muncul di rumah nenek, meski ia tidak tahu siapa yang menyiapkannya.
Penasaran, nenek berpura-pura pergi dan mengintip, lalu terkejut melihat keong itu berubah menjadi gadis cantik, Candra Kirana, yang sedang memasak. Candra Kirana menceritakan seluruh kisahnya kepada nenek.
Sementara itu, Raden Inu Kertapati terus mencari calon istrinya. Penyihir mencoba menghalanginya dengan menyamar sebagai burung gagak yang memberi petunjuk palsu.
Namun, seorang kakek sakti mengetahui tipu daya itu dan menghancurkan penyihir. Kakek tersebut kemudian memberi petunjuk yang benar kepada Raden Inu Kertapati.
Dengan petunjuk itu, Raden Inu Kertapati sampai di desa di mana Candra Kirana tinggal bersama nenek. Pertemuan mereka membatalkan kutukan, dan Candra Kirana kembali menjadi manusia.
Raden Inu Kertapati membawanya kembali ke Kerajaan Daha, sementara Dewi Galuh dihukum atas keserakahannya dan melarikan diri ke hutan.
Kisah ini mengajarkan bahwa iri hati dan niat jahat akan berakhir dengan hukuman, sedangkan kesetiaan, kebaikan, dan keberanian akan membuahkan hasil yang baik. Semua perbuatan buruk akhirnya terbongkar, jadi kita harus selalu berbuat baik dan jujur kepada orang lain.
Baca juga: 5 Dongeng Romantis Panjang Penuh Makna untuk Dikirim ke Pacar Tersayang
Cerita Dongeng Rakyat: Ande Ande Lumut

Dahulu, Raja Airlangga berpesan agar Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala tidak berperang. Demi menyatukan kedua kerajaan, putra Raja Jenggala, Panji Asmarabangun, dijodohkan dengan putri Raja Kediri, Dewi Sekartaji. Dewi Sekartaji dikenal cantik dan berbudi luhur, sehingga membuat Panji Asmarabangun jatuh hati padanya.
Saat Kerajaan Jenggala diserang musuh, Dewi Sekartaji ketakutan dan melarikan diri. Ia tiba di sebuah desa terpencil dan diterima tinggal bersama seorang ibu dan tiga anaknya, Klenting Merah, Klenting Hijau, dan Klenting Biru.
Di sana, Sekartaji berganti nama menjadi Klenting Kuning dan hidup berat sebagai pembantu, kerap dirundung kakak angkatnya.
Sementara itu, Panji Asmarabangun berhasil mengalahkan musuhnya, namun bersedih karena tak tahu keberadaan Dewi Sekartaji.
Ia menyamar sebagai Ande Ande Lumut dan tinggal di rumah nenek tua, Mbok Randa, untuk mencari calon istrinya. Berita sayembara Ande Ande Lumut pun tersebar, menarik banyak gadis untuk melamar.
Klenting Kuning juga ingin mengikuti sayembara, namun dilarang kakak-kakaknya. Saat sedang mencuci pakaian, seekor bangau ajaib memberinya cambuk dan petunjuk agar ia bisa menyusul ke sayembara. Dengan cepat, Klenting Kuning berangkat.
Di tepi sungai, ketiga kakaknya menemui kepiting raksasa bernama Yuyu Kangkang yang menawarkan menyeberangi sungai dengan syarat mereka mencium kepiting tersebut. Mereka menyetujuinya dan berhasil menyeberang.
Saat Klenting Kuning tiba, ia menolak syarat itu dan menggunakan cambuk dari bangau untuk memaksa Yuyu Kangkang membantu menyeberang.
Di sayembara, Ande Ande Lumut menolak ketiga kakak angkat Klenting Kuning karena mereka telah mencium Yuyu Kangkang, yang ternyata adalah utusan Ande Ande Lumut untuk menguji peserta. Klenting Kuning datang dan lulus ujian. Ia menceritakan maksud kedatangannya untuk mencari Panji Asmarabangun.
Mendengar itu, Ande Ande Lumut membuka penyamarannya, dan keduanya bersatu kembali. Klenting Kuning kembali menjadi Dewi Sekartaji, dan mereka kembali ke istana membawa Mbok Randa sebagai ucapan terima kasih.
Cerita ini mengajarkan tentang kesetiaan, kesabaran, dan kebaikan. Mereka yang berbuat jujur dan setia akan mendapatkan hasil yang baik, sementara perbuatan buruk dan tamak akan berakhir dengan kegagalan.
Setelah membaca semuanya, kamu pasti bisa lihat betapa menariknya cerita dongeng rakyat dan bagaimana tiap kisah menyimpan nilai budaya yang berharga.
Dengan mengenal alur, tokoh, dan pesan moralnya, kamu jadi lebih mudah menghargai cerita dongeng rakyat sebagai media belajar sekaligus hiburan. Setiap cerita juga mengingatkan kita pada kebaikan, keberanian, dan kebijaksanaan yang bisa diterapkan sehari-hari.
Kalau kamu ingin kontenmu juga dikenal banyak orang, Optimaise sebagai digital agency Malang penyedia jasa SEO Bali siap membantu. Jangan lupa juga menyimak artikel dongeng sebelum tidur romantis yang sudah kami siapkan untuk kamu, biar pengalaman membaca makin seru dan hangat.
