Belajar reading bahasa Inggris bakal terasa lebih menyenangkan kalau kamu memakai bahan yang ringan dan penuh imajinasi. Itulah kenapa contoh narrative text dongeng sering jadi pilihan favorit untuk latihan.
Dengan contoh narrative text dongeng, kamu bisa memahami alur cerita, menambah kosakata, dan mengenali struktur teks tanpa merasa bosan.
Kalau kamu lagi mencari contoh narrative text dongeng yang seru dan gampang diikuti, cerita berikut bisa jadi teman belajar yang pas untuk meningkatkan kemampuan membaca kamu.
Table of Contents
Contoh Narrative Text Dongeng: The Fisherman and the Silver Fish

Long ago, in a quiet seaside village, there lived an old fisherman named Ravo. Every morning, he sailed his small wooden boat into the open sea, hoping to catch enough fish to feed his family. But as the years passed, the sea grew calmer, the fish fewer, and Ravo’s nets often returned almost empty.
One misty dawn, while pulling his net, he felt an unusual weight. When he looked inside, he found a shimmering silver fish unlike anything he had ever seen. Its scales glowed softly like moonlight on water, and its eyes shone with a strange wisdom.
“Please let me go,” the silver fish spoke gently. “If you spare my life, I will grant you one wish.”
Ravo was startled, but hunger and desperation pressed on his heart. After a moment of silence, he wished for an endless supply of fish so he could care for his family and neighbors.
The silver fish nodded and vanished into the sea. The next day, Ravo discovered that wherever he cast his net, the sea overflowed with fish, more than enough for the entire village. Ravo became known as the most generous fisherman, sharing his catch with everyone.
But soon, the villagers grew greedy. They demanded more and more, insisting Ravo fish beyond reason. The sea, once abundant, began to stir angrily. Storm clouds gathered, waves crashed, and the balance of nature was broken.
Realizing his mistake, Ravo returned to the shore and called out to the silver fish. When it appeared, he apologized and wished for the sea to return to its natural state, even if it meant losing his gift.
The silver fish smiled. “A wise choice,” it said before disappearing.
From that day on, the sea calmed, the storms faded, and the village learned that true abundance comes with respect, not greed.
Baca juga: Asal Usul Cerita Dongeng Malin Kundang dan Pesan Moral yang Relevan Sepanjang Masa
Terjemahannya:
Dahulu kala, di sebuah desa kecil dekat laut, hiduplah seorang nelayan tua bernama Ravo. Setiap pagi, ia mengayuh perahu kayunya ke tengah laut, berharap mendapat cukup ikan untuk memberi makan keluarganya. Namun seiring berjalannya waktu, laut semakin sunyi, ikan semakin sedikit, dan jala Ravo sering kembali hampir kosong.
Suatu pagi yang berkabut, ketika menarik jalanya, ia merasakan beban yang tak biasa. Saat melihat ke dalam, ia menemukan seekor ikan perak berkilau yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sisiknya berpendar lembut seperti cahaya bulan di permukaan air, dan matanya tampak begitu bijak.
“Tolong lepaskan aku,” kata ikan perak itu dengan lembut. “Jika kau membiarkan aku hidup, aku akan mengabulkan satu permintaanmu.”
Ravo terkejut, namun rasa lapar dan keputusasaan menekan hatinya. Setelah hening beberapa saat, ia menginginkan persediaan ikan yang tak ada habisnya agar bisa menjaga keluarganya dan membantu tetangganya.
Ikan perak itu mengangguk dan menghilang kembali ke laut. Keesokan harinya, Ravo mendapati bahwa setiap kali ia menebar jala, laut dipenuhi ikan, lebih dari cukup untuk seluruh desa. Ravo dikenal sebagai nelayan dermawan yang selalu berbagi.
Namun tak lama kemudian, para penduduk desa menjadi serakah. Mereka menuntut lebih banyak, memaksa Ravo menangkap ikan tanpa batas. Laut yang dulu melimpah kini mulai gelisah. Awan gelap berkumpul, ombak mengamuk, dan keseimbangan alam pun hancur.
Menyadari kesalahannya, Ravo kembali ke pantai dan memanggil ikan perak itu. Saat ikan itu muncul, ia meminta maaf dan berharap agar laut kembali seperti sedia kala, meskipun itu berarti kehilangan anugerahnya.
Ikan perak itu tersenyum. “Pilihan yang bijak,” katanya sebelum menghilang.
Sejak hari itu, laut tenang kembali, badai mereda, dan desa belajar bahwa keberlimpahan sejati datang dengan rasa hormat, bukan keserakahan.
Contoh Narrative Text Dongeng: The Sleeping Volcano Guardian
High in the mountains stood Mount Rehala, a volcano so old that the people believed it had fallen into an eternal sleep. At the foot of the mountain lived a boy named Aro, curious and brave, always fascinated by the legends told by the elders.
According to the stories, deep inside the volcano rested a giant guardian carved from ancient stone. He had protected the valley for centuries, controlling the fire within the mountain. But over time, as people stopped believing, the guardian drifted into a deep slumber.
One quiet evening, the ground trembled. Small cracks appeared on the mountain’s slopes, and a column of smoke rose into the orange sky. The villagers panicked, fearing the volcano would soon awaken. But Aro felt something different, almost like the mountain was calling him.
Guided by instinct, he climbed Mount Rehala alone. The higher he went, the louder the rumbling grew. Finally, he reached a cavern glowing with red light. There, towering over him, lay the Sleeping Guardian—massive, cracked, and barely breathing.
Aro approached and placed his hand on the ancient stone chest. “Wake up,” he whispered. “The valley needs you.”
A warm pulse spread beneath his palm. Slowly, the Guardian’s eyes opened, burning like embers. With a thunderous breath, the giant rose and pressed his hands against the cavern walls. The shaking stopped. The fiery heart of the mountain calmed.
“You heard me,” Aro said softly.
“You believed in me,” the Guardian replied. “And belief is what keeps me alive.”
When Aro returned to the village, the sky had cleared, and Mount Rehala stood silent once more. From that day on, the villagers honored the Guardian again, thanks to the courage of one boy who chose to listen.
Terjemahannya:
Di pegunungan tinggi berdirilah Gunung Rehala, gunung berapi yang begitu tua hingga masyarakat percaya bahwa ia telah tertidur selamanya. Di kaki gunung itu tinggal seorang anak bernama Aro, pemberani dan penuh rasa ingin tahu, selalu terpikat oleh legenda yang diceritakan para tetua.
Menurut kisah, jauh di dalam gunung bersemayam seorang penjaga raksasa yang terbuat dari batu purba. Ia telah melindungi lembah selama berabad-abad, menjaga agar api dalam gunung tetap terkendali. Namun seiring waktu, ketika orang-orang berhenti mempercayainya, sang penjaga jatuh dalam tidur panjang.
Suatu sore yang tenang, tanah bergetar. Retakan kecil muncul di lereng gunung, dan asap mulai membumbung ke langit jingga. Penduduk panik, takut gunung akan meletus. Tapi Aro merasakan sesuatu yang berbeda—seolah gunung itu memanggilnya.
Dipandu firasat, Aro mendaki Gunung Rehala seorang diri. Semakin tinggi ia mendaki, getaran semakin keras. Hingga akhirnya, ia tiba di sebuah gua bercahaya merah. Di sana, terbentang sosok Penjaga yang Tertidur, raksasa besar, retak, dan hampir tak bernafas.
Aro mendekat dan meletakkan tangannya di dada batu itu. “Bangunlah,” bisiknya. “Lembah membutuhkanmu.”
Sebuah kehangatan berdenyut dari bawah permukaan batu. Perlahan, mata sang Penjaga terbuka, menyala seperti bara api. Dengan napas menggelegar, raksasa itu bangkit dan menekan dinding gua. Getaran berhenti. Hati gunung yang membara pun mereda.
“Kau mendengarku,” kata Aro pelan.
“Kau mempercayaiku,” jawab sang Penjaga. “Dan kepercayaanlah yang membuatku hidup.”
Saat Aro kembali ke desa, langit telah cerah dan Gunung Rehala kembali sunyi. Sejak hari itu, penduduk kembali menghormati sang Penjaga, berkat keberanian seorang anak yang mau mendengar.
Contoh Narrative Text Dongeng: The Night Market of Dreams

Every night at exactly midnight, when the moon hung low and silver, a hidden market appeared at the edge of Lira’s town. No one else could see it, not the adults, not the shopkeepers, not even her friends. Only Lira, a quiet girl with a restless imagination, noticed the glowing lanterns flickering between the trees.
One night, curiosity pulled her closer. As she stepped through the arch of drifting lights, she found herself inside the Night Market of Dreams.
Stalls floated in the air, connected by ribbons of stardust. Merchants with shimmering cloaks sold curious things, bottled laughter, captured moonbeams, forgotten melodies, and dreams people once abandoned.
“Looking for something special?” asked a vendor with eyes like dawn.
Lira hesitated. “I don’t know… maybe something I’ve lost.”
The vendor placed a small wooden box in her hands. Inside was a faint, warm glow.
“This is a dream you left behind years ago,” he said. “But to reclaim it, you must trade a memory.”
Lira’s heart tightened. She wandered through the market, watching customers exchange priceless pieces of themselves for fleeting wonders. Some traded sadness for courage. Others traded memories of fear for moments of joy.
When she reached the end of the market, she opened the wooden box again. The soft light pulsed gently, like a heartbeat she had forgotten. It was the dream she once had of becoming an artist.
But she realized something important, she did not need to trade anything to dream again.
Closing the box, Lira whispered, “I’ll create a new one.”
The market shimmered as if smiling. When dawn arrived, the Night Market vanished, but the spark inside Lira remained. For the first time in years, she picked up her paintbrush and let her dream return, without losing anything at all.
Terjemahannya:
Setiap malam tepat pukul dua belas, ketika bulan menggantung rendah dan berwarna perak, muncul sebuah pasar tersembunyi di pinggir kota tempat Lira tinggal.
Tak ada yang bisa melihatnya, bukan orang dewasa, bukan para pedagang, bahkan teman-temannya pun tidak. Hanya Lira, gadis pendiam dengan imajinasi liar, yang melihat lentera-lentera bercahaya berkelip di antara pepohonan.
Suatu malam, rasa penasaran menariknya mendekat. Ketika melangkah melewati gerbang cahaya yang melayang, ia mendapati dirinya berada di Pasar Malam dalam Mimpi. Kios-kiosnya melayang di udara, dihubungkan oleh pita-pita debu bintang.
Para pedagang berjubah berkilauan menjual benda-benda aneh, tawa yang dibotolkan, sinar bulan yang ditangkap, melodi yang terlupakan, dan mimpi-mimpi yang pernah ditinggalkan orang.
“Mencari sesuatu yang istimewa?” tanya seorang pedagang dengan mata seperti fajar.
Lira ragu. “Entahlah… mungkin sesuatu yang pernah hilang.”
Pedagang itu meletakkan sebuah kotak kayu kecil di tangannya. Di dalamnya ada cahaya lembut yang hangat.
“Ini mimpi yang kau tinggalkan bertahun-tahun lalu,” katanya. “Tapi untuk mendapatkannya kembali, kau harus menukar satu kenangan.”
Hati Lira mengencang. Ia berjalan keliling pasar, melihat orang-orang menukar bagian diri mereka untuk keajaiban sesaat. Ada yang menukar kesedihan dengan keberanian. Ada yang menukar ketakutan dengan kebahagiaan.
Saat tiba di ujung pasar, ia membuka kotak kecil itu lagi. Cahaya lembutnya berdenyut, seperti detak mimpi yang dulu ia lupakan. Itu adalah mimpinya menjadi seorang seniman.
Namun ia sadar satu hal, ia tidak harus menukar apa pun untuk bermimpi lagi.
Menutup kotak itu, Lira berbisik, “Aku akan membuat mimpi yang baru.”
Pasar itu berkilau seolah tersenyum. Ketika fajar tiba, Pasar Malam menghilang, namun percikannya tetap tinggal dalam diri Lira. Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, ia mengambil kuasnya dan membiarkan mimpinya kembali, tanpa kehilangan apa pun.
Baca juga: 5 Contoh Cerita Non Fiksi tentang Kehidupan Sehari-hari yang Penuh Makna
Contoh Narrative Text Dongeng: The Mango Leaf Boat
Every afternoon, when the sun softened into gold, a young girl named Suri would sit by the riverbank behind her house.
With careful hands, she folded mango leaves into tiny boats, some shaped like canoes, others like little ships. She would place them gently onto the water and watch as the river carried them away.
For Suri, it wasn’t just a game. Each boat carried a wish. A wish for courage, for joy, and sometimes, for someone she missed.
One day, after sending off her last mango leaf boat, something unusual happened. Instead of drifting away, the river suddenly glowed a shimmering green.
The water swirled gently, gathering her small boats together. Then, from the center of the whirl, a larger boat emerged, made entirely of glowing mango leaves, yet strong as wood.
Standing inside it was a young boy her age, dressed in clothes that looked like woven leaves.
“Thank you for saving me,” he said softly.
Suri blinked. “I… saved you?”
He nodded. “Long ago, I was swept into the Dream River. Only wishes sent through the water could reach me. Your boats carried enough wishes to guide me out.”
Before Suri could speak, the river began to ripple more violently. Dark shapes rose beneath the surface, dreams that had turned wild and dangerous.
“You must steer us back,” the boy said. “Only the one who sent the wishes can calm the river.”
Together, they sailed across churning water. Suri whispered her hopes and kindness into the wind, and slowly, the river settled. The dark shapes dissolved into silver mist.
When they reached the shore, the boy bowed. “Your wishes saved both of us.”
The mango leaf boat glowed once more and drifted away, leaving Suri with a warmth in her chest—and a new story the river would remember forever.
Terjemahannya:
Setiap sore, ketika matahari mulai berubah menjadi warna keemasan, seorang gadis bernama Suri duduk di tepi sungai di belakang rumahnya.
Dengan tangan yang hati-hati, ia melipat daun mangga menjadi perahu-perahu kecil, ada yang berbentuk kano, ada pula yang seperti kapal mungil. Ia menaruhnya perlahan di atas air dan melihat sungai membawanya pergi.
Bagi Suri, itu bukan sekadar permainan. Setiap perahu membawa sebuah harapan. Harapan tentang keberanian, kebahagiaan, dan kadang-kadang, tentang seseorang yang ia rindukan.
Suatu hari, setelah mengirim perahu terakhirnya, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Alih-alih hanyut menjauh, sungai justru memancarkan cahaya hijau berpendar.
Air berputar halus, mengumpulkan seluruh perahu kecilnya. Lalu, dari tengah pusaran itu muncul sebuah perahu besar, terbuat dari daun mangga bercahaya, namun kokoh seperti kayu.
Di dalamnya berdiri seorang anak laki-laki sebaya Suri, mengenakan pakaian seperti anyaman daun.
“Terima kasih sudah menyelamatkanku,” katanya pelan.
Suri terkejut. “Aku… menyelamatkanmu?”
Anak itu mengangguk. “Dulu, aku tersesat di Sungai Mimpi. Hanya harapan yang dikirim lewat air yang bisa mencapainya. Perahu-perahumu membawa cukup banyak harapan untuk menunjukkan jalan keluarku.”
Sebelum Suri sempat bertanya, sungai mulai bergejolak. Bayangan gelap muncul di bawah permukaan, mimpi-mimpi liar yang berubah menjadi berbahaya.
“Kau harus mengemudikan kita,” kata anak itu. “Hanya orang yang mengirimkan harapan yang bisa menenangkan sungai.”
Bersama-sama, mereka mengarungi air yang berputar kuat. Suri membisikkan harapan dan kebaikan ke udara, dan perlahan, sungai pun tenang. Bayangan gelap itu memudar menjadi kabut perak.
Saat tiba di tepi sungai, anak itu membungkuk. “Harapanmu menyelamatkan kita berdua.”
Perahu daun mangga itu bersinar sekali lagi dan hanyut pergi, meninggalkan kehangatan di dada Suri, dan sebuah kisah baru yang akan selalu diingat sungai itu.
Contoh Narrative Text Dongeng: The Train with No Passengers

In a quiet mountain town, there was an old railway track that people rarely used anymore. Every night at exactly midnight, a small silver train arrived at the empty station.
What made it strange was that the train had no passengers, no conductor, and no driver. Yet, it always stopped for two minutes before disappearing into the dark forest beyond the hills.
One cold evening, a curious boy named Lio decided to stay awake and wait for the mysterious train. When the clock struck midnight, the silver train appeared with a soft whistle. The doors slid open, revealing empty seats that shimmered like moonlight.
“Hello?” Lio whispered, stepping inside.
The moment he entered, the doors closed gently behind him, and the train began to move. Instead of fear, Lio felt calm, as if the train wanted to show him something.
Through the windows, he saw memories that didn’t belong to him, a girl laughing in the snow, an old man planting a tree, a family sharing warm soup during a storm.
The train wasn’t meant for passengers. It carried forgotten moments, memories left behind by people who once lived in the mountain town.
When the train finally stopped back at the station, Lio stepped out feeling lighter, as if he had borrowed someone else’s happiness. The silver train whistled softly and vanished into the forest once again.
From that night on, Lio visited the station whenever he felt lonely, knowing that the train with no passengers would always return to share a little warmth.
Terjemahannya:
Di sebuah kota kecil di pegunungan, ada rel kereta tua yang jarang digunakan. Setiap malam tepat pukul dua belas, sebuah kereta perak kecil datang ke stasiun kosong.
Yang membuatnya aneh, kereta itu tanpa penumpang, tanpa masinis, dan tanpa kondektur. Namun, kereta itu selalu berhenti selama dua menit sebelum menghilang ke hutan gelap di balik bukit.
Suatu malam yang dingin, seorang anak bernama Lio memutuskan untuk menunggu kereta misterius itu. Saat jam menunjukkan tengah malam, kereta perak muncul dengan siulan lembut. Pintu terbuka, menampilkan kursi kosong yang berkilau seperti cahaya bulan.
“Halo?” bisik Lio sambil melangkah masuk.
Ketika ia masuk, pintu menutup perlahan, dan kereta mulai berjalan. Alih-alih takut, Lio merasa tenang, seolah kereta itu ingin menunjukkan sesuatu. Dari jendela, ia melihat kenangan yang bukan miliknya, seorang gadis tertawa di salju, seorang kakek menanam pohon, sebuah keluarga makan sup hangat saat badai.
Kereta itu bukan untuk penumpang. Kereta itu membawa kenangan-kenangan yang terlupakan dari orang-orang yang pernah tinggal di kota pegunungan itu.
Saat kereta kembali berhenti di stasiun, Lio turun dengan hati lebih ringan, seakan ia meminjam sedikit kebahagiaan orang lain. Kereta perak itu bersiul pelan lalu menghilang lagi ke dalam hutan.
Sejak malam itu, Lio selalu mengunjungi stasiun ketika merasa kesepian, karena ia tahu kereta tanpa penumpang itu akan kembali membawa kehangatan.
Melalui berbagai contoh narrative text dongeng yang sudah kamu pelajari, kamu bisa melihat bagaimana cerita sederhana bisa membantu meningkatkan kemampuan reading dengan cara yang lebih santai. Setiap contoh narrative text dongeng menawarkan alur yang mudah diikuti, sehingga cocok untuk memperkuat pemahaman struktur cerita.
Jika kamu ingin mengembangkan lebih banyak konten serupa atau membutuhkan dukungan penulisan profesional, Optimaise sebagai digital agency Malang siap membantumu menyusun artikel berkualitas melalui jasa penulisan artikel yang kami tawarkan.
Dan sebelum menutup hari, jangan lupa menikmati artikel dongeng sebelum tidur romantis yang bisa menemani malam kamu dengan sentuhan kehangatan dan imajinasi.
