Islam

Surat Al Lahab: Arab, Latin, dan Terjemahan Indonesia Lengkap

Dwi

Al Lahab

Al Lahab adalah salah satu surat pendek di Al-Qur’an yang dengan jelas menyebut seorang tokoh tertentu. Berisi lima ayat pendek, tapi dengan tegas berbicara bagaimana kesombongan, kekuasaan, dan harta bisa menutup hati dari kebenaran.

Meski kisahnya terjadi ribuan tahun lalu, di masa Nabi Muhammad SAW, maknya masih terasa sangat dekat dengan kehidupan hari ini. Tentang manusia yang merasa paling benar, paling berkuasa, dan paling berpengaruh—hingga lupa bahwa semua itu hanya kefanaan.

Simak artikel ini sampai selesai, karena Surat Al Lahab bukan hanya kisah tentang Abu Lahab, tapi juga cermin bagi siapa pun di zaman sekarang.

Sekilas Tentang Surat Al Lahab

kandungan surat al lahab
Surat Al Lahab: Arab, Latin, dan Terjemahan Indonesia Lengkap 1

Surat Al Lahab adalah surat ke-111 dalam Al-Qur’an dan tergolong surat Makkiyah. Artinya, surat ini diturunkan di Makkah pada masa awal dakwah Rasulullah ﷺ, ketika penolakan dari kaum Quraisy masih sangat keras.

Al Lahab sendiri memiliki arti “bapak api” “nyala api” atau “gejolak api”. Diambil dari julukan seorang tokoh yang disebut dalam surat tersebut, yaitu Abu Lahab, paman Rasulullah ﷺ.

Surat ini menjadi bukti bahwa kebenaran Al-Qur’an tidak tunduk pada hubungan keluarga, status sosial, ataupun kekuatan ekonomi. Siapa pun yang menentang kebenaran dengan congkak, akan menuai akibatnya.

Keutamaan Surat Al Lahab

sekilas tentanga al lahab
Surat Al Lahab: Arab, Latin, dan Terjemahan Indonesia Lengkap 2

Surat Al Lahab memang berisi kecaman, para ulama juga menjelaskan bahwa surat ini memiliki hikmah dan keutamaan besar bagi orang yang membaca dan memahaminya.

Beberapa keutamaannya antara lain:

  • Menegaskan bahwa kebenaran tidak bisa dibeli dengan harta
  • Mengajarkan keadilan Allah yang tidak pandang bulu
  • Menjadi peringatan keras bagi orang yang sombong
  • Menguatkan iman orang yang direndahkan karena membela kebenaran
  • Menghapus anggapan bahwa hubungan darah menjamin keselamatan
  • Mengingatkan agar tidak meremehkan dosa besar lisan
  • Menjadi pelajaran tentang akibat dari kebencian dan iri hati
  • Mengajarkan bahwa amal buruk akan berbuah keburukan

Surat ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk menyadarkan.

Baca Juga: Al-Quran Surat Al Mulk: Arab, Latin, dan Terjemahan Indonesia Lengkap

Surat Al Lahab, Arab, Latin, dan Artinya

Agar mudah dipahami, berikut lafaz Surat Al-Lahab lengkap dengan latin dan artinya.

Ayat 1

Arab:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

Latin:
Tabbat yadā abī lahabiw wa tabb

Arti:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia.

Ayat 2

Arab:
مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ

Latin:
Mā aghnā ‘an-hu māluhū wa mā kasab

Arti:
Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang telah dia usahakan.

Ayat 3

Arab:
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

Latin:
Sayaṣlā nāran żāta lahab

Arti:
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

Ayat 4

Arab:
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

Latin:
Wamra’atuhū ḥammālatal-ḥaṭab

Arti:
Dan juga istrinya, pembawa kayu bakar.

Ayat 5

Arab:
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ

Latin:
Fī jīdihā ḥablum mim masad

Arti:
Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.

Makna Surat Al Lahab

Makna Surat Al Lahab sangat kuat dan lugas. Allah secara langsung mengumumkan kehancuran seseorang yang menentang dakwah Nabi ﷺ dengan kesombongan.

Ayat demi ayat menggambarkan beberapa pesan utama:

  • Kekuasaan dan harta tidak bisa menyelamatkan dari azab Allah
  • Penolakan terhadap kebenaran berujung pada kehancuran
  • Amal buruk tidak akan luput dari balasan
  • Mendukung pada kebatilan (istrinya), sekecil apa pun, tetap berdosa

Surat ini juga menegaskan bahwa tanpa adanya iman dan akhlak, status sosial, hubungan keluarga, atau nama besar bukan jaminan keselamatan.

Kisah Turunnya Surat Al Lahab (Asbabun Nuzul)

Kisah turunnya Surat Al Lahab berkaitan erat dengan peristiwa ketika Rasulullah ﷺ mengumpulkan kaum Quraisy di Bukit Shafa. Saat itu, beliau menyeru mereka untuk beriman kepada Allah dan meninggalkan penyembahan berhala.

Alih-alih menerima dakwah, Abu Lahab justru mencemooh. Ia menghina Rasulullah ﷺ di hadapan banyak orang dan berkata:

“Celakalah engkau Muhammad! Apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami?”

Ucapan itu bukan sekadar penolakan, tapi penghinaan secara terang-terangan. Tidak lama setelah peristiwa itu, Allah menurunkan Surat Al Lahab sebagai jawaban.

Menariknya, surat ini diturunkan ketika Abu Lahab masih hidup. Namun meski sudah disebutkan kebinasaannya dengan tegas, Abu Lahab tetap tidak beriman hingga akhir hayatnya. Hal ini justru menjadi bukti keotentikan Al-Qur’an, karena jika ia berpura-pura masuk Islam, tentu akan menggugurkan surat ini—namun hal itu tidak pernah terjadi.

Kesombongan dan Kekuasaan: Dari Abu Lahab sampai Kehidupan Modern

Pada masa Abu Lahab, kesombongan lahir dari tiga perkara utama: nasab, harta, dan pengaruh sosial. Ia berasal dari kabilah terhormat, memiliki kekayaan yang cukup, serta dikenal luas di tengah masyarakat Quraisy. Semua itu membentuk keyakinan dalam dirinya bahwa posisi sosial adalah jaminan keselamatan—bahkan ketika berhadapan dengan kebenaran.

Ketika Rasulullah ﷺ menyampaikan dakwah, yang ditolak Abu Lahab bukan hanya ajarannya, melainkan ancaman terhadap status dan otoritas yang selama ini ia nikmati. Baginya, menerima Islam berarti kehilangan kendali, menanggalkan keistimewaan, dan berdiri sejajar dengan orang-orang yang selama ini ia anggap rendah. Di sinilah kesombongan bekerja secara halus: bukan dengan amarah semata, tetapi dengan rasa takut kehilangan kuasa.

Jika kita tarik ke kehidupan modern, pola ini nyaris tidak berubah—yang berganti hanyalah bentuknya.

Hari ini, kesombongan bisa hadir dalam rupa jabatan, popularitas, kekuasaan ekonomi, hingga pengaruh digital (memiliki banyak followers). Seorang bisa menolak kritik bukan karena kritik itu salah, melainkan karena takut citranya runtuh. Sebuah kelompok bisa menutup telinga dari kebenaran, bukan karena tidak paham, tapi karena kebenaran itu mengancam kepentingan.

Abu Lahab menggunakan lisan dan kekuasaannya untuk merendahkan dakwah Nabi ﷺ. Di era modern, pola serupa muncul melalui ujaran yang dipoles rapi, opini yang digiring, atau kekuasaan yang dimainkan secara sistematis. Jika dulu api permusuhan dinyalakan di pasar dan bukit Shafa, hari ini “api” itu bisa menyala lewat ruang rapat atau media digital.

Menariknya, Al-Qur’an tidak membantah Abu Lahab dengan perdebatan panjang. Allah langsung menyingkap ilusi yang selama ini ia genggam: harta dan kuasa tidak akan menyelamatkan siapa pun dari akibat sikapnya sendiri. Pesan ini terasa semakin relevan di masa ini, ketika banyak orang mengira keberhasilan duniawi adalah ukuran kebenaran.

Perbandingan ini membuat Surat Al Lahab bukan sekadar kisah masa lalu, tetapi lensa untuk membaca zaman sekarang. Ia mengingatkan bahwa kesombongan selalu punya wajah baru, tapi ujungnya sama: kehancuran batin, hilangnya nurani, dan terputusnya hubungan dengan kebenaran.

Di titik inilah Al Lahab menjadi sangat personal. Ia bukan hanya tentang seseorang dengan julukan Abu Lahab, tapi tentang siapa pun yang menolak kebenaran demi mempertahankan kuasa. Dan pertanyaannya kemudian bukan lagi tentang mereka, melainkan tentang diri kita sendiri: apakah kita menempatkan kebenaran di atas segalanya, atau sebaliknya?

Baca Juga: Mendalami Makna Surat Al Baqarah Ayat 285 286: Arab, Latin dan Terjemahan Lengkap

Cara Mengamalkan Nilai Surat Al-Lahab dalam Kehidupan Sehari-Hari

Meski Surat Al Lahab berisi kecaman, nilai-nilainya bisa diamalkan sebagai bentuk introspeksi diri.

Beberapa cara praktis mengamalkannya:

  • Menjaga lisan dari merendahkan orang lain
  • Menggunakan harta untuk kebaikan, bukan kebatilan
  • Tidak merasa paling benar hanya karena status sosial
  • Hubungan keluarga tidak menjamin keselamatan seseorang

Surat ini mengajarkan bahwa kehancuran datang dari lisan yang mencemooh kebaikan.

Tanya Jawab Seputar Surat Al Lahab

Q: Mengapa Abu Lahab disebut langsung dalam Al-Qur’an?
A: Karena sikap permusuhannya yang terbuka dan ekstrem terhadap dakwah Nabi ﷺ.

Q: Apakah surat ini hanya ditujukan untuk Abu Lahab?
A: Tidak. Ia menjadi peringatan bagi siapa pun yang bersikap serupa.

Q: Apakah Surat Al Lahab boleh dibaca dalam shalat?
A: Boleh, karena termasuk surat pendek dalam Al-Qur’an.

Q: Apa pelajaran terbesar dari Surat Al Lahab?
A: Bahwa kesombongan bisa menghancurkan siapa saja, tanpa memandang harta atau kedudukan.

Surat ini mungkin pendek, tapi pesannya cukup dalam. Ia mengajak kita berkaca, bukan sekadar menunjuk masa lalu, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam bentuk yang berbeda.

Surat Al Lahab mengajarkan bahwa kehancuran tidak datang dengan tiba-tiba, tapi tumbuh perlahan dari hati yang dipenuhi kesombongan. Karena itu, mengenal sifat-sifat Allah melalui Asmaul Husna menjadi salah satu cara terbaik untuk menjaga hati tetap rendah dan sadar posisi kita sebagai hamba.

Jika kamu merasa pesan-pesan Al-Qur’an seperti ini perlu disampaikan dengan lebih luas dan rapi, digital agency seperti Optimaise akan menjadi partner yang tepat, karena ada banyak layanan yang bisa membuat tulisan atau websitemu masuk peringkat pertama mesin pencari seperti Google.

Tidak hanya menawarkan jasa SEO Bali, tapi ada banyak layanan lain yang akan mendukung bisnis atau websitemu seperti jasa penulisan artikel, jasa backlink berkualis, dan masih banyak lagi.

Jadi, tunggu apa lagi? Opstimalkan potensi bisnis atau websitemu sekarang juga dengan Optimaise!

Bagaimana reaksimu?

Klik satu emoji untuk mengirim reaksimu.

Baca Juga

Optimaise