TipsEdukasi

3 Versi Cerita Dongeng Malin Kundang yang Melegenda Sepanjang Masa

Tiara Motik

3 Versi Cerita Dongeng Malin Kundang yang Melegenda Sepanjang Masa

Kalau mendengar nama Malin Kundang, mungkin yang langsung terbayang di benakmu adalah kisah seorang anak yang dikutuk menjadi batu karena durhaka pada ibunya.

Tapi tahukah kamu, cerita rakyat yang berasal dari Sumatra Barat ini ternyata punya beberapa versi yang berbeda? Meskipun jalan cerita dongeng Malin Kundang bervariasi, semuanya sama-sama menyimpan pesan moral yang kuat tentang bakti seorang anak kepada orang tua.

Nah, kali ini kita akan mengupas berbagai versi cerita dongeng Malin Kundang yang paling dikenal dan masih terus diceritakan hingga sekarang.

Cerita Dongeng Malin Kundang Bahasa Inggris

Cerita Dongeng Malin Kundang Bahasa Inggris
Cerita Dongeng Malin Kundang Bahasa Inggris

Long ago, in a small fishing village in West Sumatra, lived a widow and her only son, Malin Kundang. They were poor, but his mother loved him dearly.

One day, Malin said, “Mother, I want to sail with that merchant ship. Maybe I can change our life.”
His mother, worried but supportive, replied, “If that is your wish, my son, go. But remember, never forget your mother.”

Years passed, and Malin became a wealthy merchant. He married a noblewoman and lived in luxury. One day, his ship anchored near his old village.

His mother, overjoyed, rushed to the harbor. “Malin, my son! You are finally home!” she cried, hugging him.

But Malin stepped back. Ashamed of her ragged clothes, he said coldly, “I don’t know you, old woman. My mother could never be someone like you!”
His wife whispered, “Is that really your mother?” Malin shook his head, “No, she’s just a beggar.”

The poor woman’s heart broke. With tears streaming down her face, she prayed, “Oh God, punish this ungrateful son!”

Suddenly, the sky darkened, the sea roared, and lightning struck. Malin’s ship was smashed by waves. He fell to the shore, and before he could escape, his body turned to stone.

To this day, people believe the stone on the coast of West Sumatra is Malin Kundang, a warning against disobedience to parents.

Terjemahannya:

Dahulu kala, di sebuah desa nelayan kecil di Sumatra Barat, hiduplah seorang janda bersama anak semata wayangnya, Malin Kundang. Mereka miskin, tetapi sang ibu sangat menyayanginya.

Suatu hari, Malin berkata, “Ibu, aku ingin berlayar dengan kapal dagang itu. Mungkin aku bisa mengubah hidup kita.”

Ibunya, khawatir namun mendukung, menjawab, “Jika itu keinginanmu, nak, pergilah. Tapi ingat, jangan pernah lupakan ibumu.”

Tahun berlalu, Malin menjadi pedagang kaya. Ia menikahi seorang wanita bangsawan dan hidup mewah. Suatu hari, kapalnya berlabuh di desa lamanya.

Ibunya yang gembira berlari ke pelabuhan. “Malin, anakku! Kau akhirnya pulang!” serunya sambil memeluknya.

Namun Malin menjauh. Malu dengan pakaian ibunya yang lusuh, ia berkata dingin, “Aku tidak mengenalmu, wanita tua. Ibuku tidak mungkin sepertimu!”
Istrinya berbisik, “Benarkah itu ibumu?” Malin menggeleng, “Bukan, dia hanya pengemis.”

Hati ibunya hancur. Sambil menangis, ia berdoa, “Ya Tuhan, hukumlah anak durhaka ini!”

Tiba-tiba, langit menggelap, laut bergemuruh, dan petir menyambar. Kapal Malin hancur diterjang ombak. Ia terhempas ke pantai, dan sebelum sempat lari, tubuhnya berubah menjadi batu.

Hingga kini, orang percaya batu di pantai Sumatra Barat adalah Malin Kundang, peringatan agar tidak durhaka pada orang tua.

Baca juga: 3 Cerita Dongeng Cinderella dan Sepatu Kaca yang Tak Pernah Usang

Cerita Dongeng Malin Kundang Pendek

Cerita Dongeng Malin Kundang Pendek
Cerita Dongeng Malin Kundang Pendek

Dahulu kala, di sebuah desa nelayan di Sumatra Barat, hiduplah seorang janda miskin bersama anak laki-lakinya bernama Malin Kundang. Mereka hidup sederhana, namun sang ibu sangat menyayangi anaknya.

Ketika Malin dewasa, sebuah kapal dagang berlabuh di pantai. Malin pun meminta izin untuk ikut berlayar demi mengubah nasib. Dengan berat hati, ibunya mengizinkan sambil berpesan, “Jangan pernah lupakan ibumu, Nak.”

Malin bekerja keras hingga berhasil menjadi pedagang kaya. Ia menikahi seorang gadis bangsawan dan memiliki kapal besar. Namun, ia tidak pernah pulang ke desanya.

Suatu hari, kapalnya singgah di kampung halaman. Sang ibu yang mendengar kabar itu segera datang menemuinya. Ia memeluk Malin sambil berkata, “Malin, anakku, akhirnya kau pulang.”

Namun Malin merasa malu pada istrinya karena melihat ibunya berpakaian lusuh. Ia pun mengusir dan berkata, “Aku tidak kenal wanita tua ini!” Hati sang ibu hancur mendengarnya.

Dengan penuh kesedihan, ia berdoa, “Ya Tuhan, hukumlah anak durhaka ini.” Seketika badai besar datang, menghantam kapal Malin. Tubuh Malin terhempas ke darat dan berubah menjadi batu.

Hingga kini, batu Malin Kundang dipercaya sebagai peringatan agar anak tidak durhaka kepada orang tua.

Baca juga: 4 Dongeng Sunda Pendek​ Lengkap dengan Terjemahannya

Cerita Dongeng Malin Kundang Lengkap

Cerita Dongeng Malin Kundang Lengkap
Cerita Dongeng Malin Kundang Lengkap

Dahulu kala, di sebuah desa nelayan kecil di pesisir Sumatra Barat, hiduplah seorang janda miskin bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang.

Hidup mereka serba kekurangan, namun sang ibu membesarkan Malin dengan penuh kasih sayang. Malin tumbuh menjadi anak rajin, tangguh, dan bercita-cita ingin mengubah nasib keluarganya.

Suatu hari, sebuah kapal dagang besar berlabuh di pantai. Malin yang masih muda melihat kesempatan itu dan berkata kepada ibunya, “Ibu, izinkan aku ikut kapal ini. Aku ingin bekerja agar hidup kita lebih baik.”

Meski hatinya berat, sang ibu mengizinkan Malin pergi sambil berpesan, “Pergilah, Nak. Tapi jangan pernah lupakan ibumu.”

Tahun demi tahun berlalu, namun Malin tidak pernah pulang. Sementara itu, ia berhasil menjadi seorang pedagang kaya raya. Malin bahkan menikahi seorang wanita bangsawan yang cantik. Dengan kapal megahnya, ia berlayar dari satu kota ke kota lain.

Suatu ketika, kapalnya berlabuh di dekat kampung halamannya. Kabar itu sampai ke telinga ibunya.

Dengan hati berdebar, sang ibu segera mendatangi pelabuhan untuk menemui putranya yang lama dinantikan. Saat bertemu, ia memeluk Malin dengan air mata bahagia. “Malin, anakku, akhirnya kau pulang.”

Namun Malin merasa malu melihat ibunya berpakaian lusuh di depan istrinya yang bangsawan. Ia mengelak dan berkata dengan dingin, “Aku tidak mengenal wanita tua ini. Ibuku tidak mungkin miskin dan kotor seperti dia!”

Sang ibu terkejut dan hatinya hancur mendengar ucapan itu. Ia memohon agar Malin mengakui dirinya, namun Malin justru mengusirnya.

Dengan penuh rasa sakit hati, sang ibu menengadahkan tangan dan berdoa, “Ya Tuhan, jika dia benar anakku, hukumlah dia karena kedurhakaannya.”

Seketika langit menjadi gelap, badai besar datang menghantam kapal Malin. Petir menyambar, ombak menggulung, hingga kapal hancur berkeping-keping. Malin terhempas ke tepi pantai, dan sebelum sempat bangkit, tubuhnya berubah menjadi batu.

Hingga kini, masyarakat percaya bahwa batu yang berada di pesisir Pantai Air Manis, Padang, adalah wujud Malin Kundang yang dikutuk karena durhaka kepada ibunya. Kisah ini menjadi pelajaran berharga agar kita selalu berbakti, menghormati, dan tidak melupakan orang tua.

Cerita dongeng Malin Kundang ini bukan hanya legenda, tetapi juga pengingat bahwa kesombongan dan lupa diri bisa membawa penyesalan yang tiada akhir. Sama halnya dalam dunia digital, pesan yang kuat dan berkesan akan selalu diingat.

Jika kamu ingin menghadirkan artikel yang berkualitas, komunikatif, dan mampu menyampaikan pesan dengan tepat, Optimaise siap menjadi partner terbaik sebagai agensi digital marketing penyedia jasa penulisan artikel.

Jangan lupa juga untuk menyimak artikel dongeng sebelum tidur romantis yang bisa menambah kehangatan cerita malam harimu.

[addtoany]

Baca Juga

Optimaise