Dongeng bukan hanya sekadar cerita pengantar tidur yang menghibur, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai moral dan kebijaksanaan hidup sejak dini. Setiap cerita memiliki keunikan tersendiri, mulai dari tokoh, alur, hingga pesan yang ingin disampaikan.
Melalui berbagai jenis-jenis dongeng, kita bisa belajar tentang kejujuran, keberanian, kecerdikan, dan pentingnya berbuat baik kepada sesama. Menariknya, tiap jenis dongeng memiliki ciri khas yang membuatnya berbeda satu sama lain.
Yuk, kenali lebih dalam berbagai jenis-jenis dongeng beserta ciri-cirinya agar kamu bisa memahami makna di balik setiap kisah yang diwariskan turun-temurun ini!
Table of Contents
Jenis-jenis Dongeng Ada Apa Saja?

Dongeng merupakan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun dan biasanya mengandung pesan moral. Setiap dongeng memiliki ciri khas dan tujuan penyampaian yang berbeda, tergantung dari jenisnya.
Secara umum, jenis-jenis dongeng yang paling dikenal hingga kini terbagi menjadi beberapa kategori ini:
- Fabel adalah dongeng yang tokohnya berupa hewan yang berperilaku layaknya manusia. Mereka bisa berbicara, berpikir, dan berperasaan. Fabel biasanya mengajarkan nilai moral melalui tingkah laku para hewan, seperti kisah Kancil dan Buaya yang menanamkan pesan kecerdikan dan kewaspadaan.
- Legenda adalah dongeng yang menceritakan asal-usul suatu tempat, benda, atau peristiwa alam. Cerita ini sering dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat setempat. Contohnya, Legenda Danau Toba atau Legenda Malin Kundang yang menyampaikan pelajaran tentang rasa hormat kepada orang tua.
- Mite atau mitos termasuk dalam jenis-jenis dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap hal-hal gaib atau dewa-dewi. Ceritanya sering dianggap suci dan dipercaya benar oleh masyarakat yang mempercayainya. Misalnya kisah Dewi Sri yang diyakini sebagai dewi padi dalam budaya Jawa.
- Sage adalah dongeng yang menceritakan kepahlawanan atau peristiwa bersejarah, meski kadang dibumbui unsur fiksi. Tokohnya biasanya manusia hebat, raja, atau pahlawan, seperti Cerita Jaka Tingkir atau Prabu Siliwangi.
- Parabel adalah dongeng yang berisi nasihat moral atau spiritual yang disampaikan secara simbolis. Jenis ini sering digunakan untuk menyampaikan ajaran hidup yang mendalam melalui kisah sederhana.
Melalui berbagai jenis-jenis dongeng tersebut, kita dapat memahami nilai-nilai kehidupan, mengenal budaya, serta memperkaya imajinasi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Baca juga: 2 Dongeng Timun Mas Singkat dan Pesan Moral yang Sarat Kecerdikan
Ciri-ciri Dongeng

Dongeng memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari jenis-jenis dongeng lainnya. Cerita ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi sarana pendidikan moral dan pelestarian budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
Untuk memahami setiap jenis-jenis dongeng dengan lebih baik, penting juga mengenali ciri-ciri umumnya berikut ini:
- Bersifat fiktif
- Dongeng adalah cerita rekaan yang tidak benar-benar terjadi. Walaupun sering dianggap nyata oleh masyarakat zaman dulu, kisah dalam dongeng umumnya bersifat khayalan dan mengandung unsur fantasi.
- Mengandung pesan moral
- Setiap dongeng dari berbagai jenis-jenis dongeng pasti memiliki pesan atau nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan, seperti kejujuran, keberanian, dan rasa hormat. Nilai tersebut tersirat melalui perilaku para tokohnya.
- Tokohnya bersifat stereotip
- Tokoh dalam dongeng sering digambarkan secara sederhana dan mewakili sifat tertentu, misalnya tokoh baik selalu menang, sedangkan tokoh jahat akan kalah. Hal ini memudahkan pendengar memahami pesan yang disampaikan.
- Menggunakan bahasa yang sederhana
- Bahasa dalam dongeng biasanya mudah dimengerti karena ditujukan untuk anak-anak atau masyarakat umum. Ceritanya disampaikan dengan gaya yang mengalir agar enak didengar atau dibaca.
- Disampaikan secara lisan
- Awalnya, dongeng disampaikan dari mulut ke mulut sebelum akhirnya ditulis. Karena itu, versi tiap daerah bisa berbeda tergantung pada cara pencerita menyampaikannya.
- Mengandung unsur keajaiban atau fantasi
- Sebagian besar jenis-jenis dongeng menghadirkan hal-hal ajaib seperti makhluk gaib, benda bertuah, atau peristiwa luar biasa yang tidak masuk akal di dunia nyata.
Melalui ciri-ciri tersebut, jenis-jenis dongeng tidak hanya menjadi hiburan klasik, tetapi juga warisan budaya yang mengajarkan nilai moral dan memperkaya imajinasi pembacanya.
Struktur Sebuah Dongeng
Setiap dongeng memiliki pola atau alur cerita yang khas agar mudah dipahami dan dinikmati pembacanya. Dalam berbagai jenis-jenis dongeng, struktur ini berperan penting untuk menyusun cerita secara runtut dan menarik.
Berikut penjelasan tentang struktur umum sebuah dongeng:
- Orientasi (pengenalan)
- Bagian awal dongeng berisi pengenalan tokoh, latar tempat, waktu, serta situasi cerita. Pada tahap ini, pembaca diperkenalkan dengan siapa tokoh utama dan bagaimana kondisi awal mereka sebelum konflik dimulai. Dalam beberapa jenis-jenis dongeng, bagian orientasi juga digunakan untuk memperkenalkan dunia fantasi atau unsur keajaiban dalam cerita.
- Komplikasi (permasalahan)
- Tahap ini merupakan bagian ketika muncul masalah atau konflik yang dihadapi oleh tokoh utama. Konflik bisa berupa pertentangan antara tokoh baik dan jahat, ujian moral, atau tantangan yang harus diselesaikan. Komplikasi inilah yang membuat alur cerita menjadi menarik dan menegangkan.
- Klimaks (puncak cerita)
- Pada bagian ini, konflik mencapai titik tertinggi. Tokoh utama harus mengambil keputusan penting yang menentukan nasibnya. Dalam banyak jenis-jenis dongeng, bagian ini biasanya menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan, yang akan membawa pembaca menuju penyelesaian cerita.
- Resolusi (penyelesaian)
- Tahap ini adalah akhir dari konflik. Tokoh baik biasanya mendapatkan kebahagiaan, sementara tokoh jahat menerima akibat dari perbuatannya. Resolusi juga berfungsi menegaskan pesan moral yang ingin disampaikan melalui cerita.
- Koda (penutup)
- Bagian penutup berisi kesimpulan atau pesan moral yang bisa diambil dari cerita tersebut. Tidak semua dongeng memiliki koda, tetapi dalam beberapa jenis-jenis dongeng, bagian ini digunakan untuk memperkuat nilai kehidupan yang diajarkan.
Dengan memahami struktur ini, kita dapat melihat bahwa setiap jenis-jenis dongeng memiliki pola penyampaian yang teratur dan sarat makna, menjadikannya warisan sastra yang tetap relevan hingga kini.
Contoh Dongeng Berdasarkan Jenisnya

Dongeng bukan sekadar cerita pengantar tidur, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan sejak dini. Setiap kisah memiliki keunikan tersendiri, mulai dari tokoh, alur, hingga pesan moral yang disampaikan.
Melalui berbagai jenis-jenis dongeng, kita bisa belajar tentang kejujuran, kecerdikan, keberanian, hingga pentingnya rasa hormat kepada orang lain.
Agar lebih mudah dipahami, berikut beberapa contoh dongeng berdasarkan jenisnya yang paling populer dan sering diceritakan dari masa ke masa.
Dongeng Fabel: Si Kancil dan Buaya
Pada suatu hari yang cerah di tepi sungai yang lebar, hiduplah seekor kancil yang cerdik dan lincah. Ia ingin menyeberang ke seberang sungai karena melihat banyak buah segar yang menggoda di sana.
Namun, sungai itu dipenuhi buaya yang terkenal ganas. Kancil pun berpikir keras mencari cara agar bisa menyeberang dengan aman.
Tiba-tiba, muncul ide cemerlang di kepalanya. “Hai para buaya!” teriak Kancil dengan suara lantang.
“Aku datang membawa kabar dari Raja Hutan. Raja memerintahkan agar aku menghitung jumlah kalian untuk dibagikan makanan lezat.”
Buaya yang serakah dan penasaran langsung berkumpul di permukaan air. “Benarkah begitu, Kancil?” tanya salah satu buaya.
“Tentu saja! Tapi aku harus menghitung satu per satu agar tidak ada yang terlewat,” jawab Kancil.
Para buaya pun berbaris dari tepi sungai hingga ke seberang. Dengan lincah, Kancil melompat di atas punggung buaya satu per satu sambil menghitung, “satu, dua, tiga…” hingga akhirnya ia berhasil mencapai seberang sungai.
Begitu sampai, Kancil menoleh sambil tertawa, “Terima kasih ya, para buaya! Tapi tidak ada makanan dari Raja Hutan, hanya kecerdikanku yang membuatku bisa menyeberang!”
Buaya pun marah besar, namun sudah terlambat. Kancil sudah berlari jauh menikmati buah segar di seberang sungai.
Pesan moral dari dongeng fabel ini adalah kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan, tetapi jangan digunakan untuk menipu, karena suatu saat kebohongan bisa membawa petaka.
Dongeng Sage: Prabu Siliwangi
Pada zaman dahulu, di tanah Pasundan berdirilah sebuah kerajaan besar bernama Pajajaran. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja bijaksana bernama Prabu Siliwangi.
Ia terkenal gagah berani, adil terhadap rakyatnya, dan sangat mencintai kedamaian. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Pajajaran hidup makmur dan tenteram.
Namun, tidak semua orang menyukai kejayaan itu. Beberapa kerajaan tetangga iri dan ingin menguasai Pajajaran.
Mengetahui hal tersebut, Prabu Siliwangi tidak langsung berperang. Ia lebih memilih jalan damai dan mengirim utusan untuk berdialog. Tetapi ketika perdamaian ditolak, barulah ia turun ke medan perang untuk melindungi rakyatnya.
Dengan keberanian dan kesaktiannya, Prabu Siliwangi berhasil mengalahkan musuh-musuhnya tanpa banyak pertumpahan darah. Ia tidak hanya dikenal sebagai raja yang kuat, tetapi juga sebagai sosok bijak yang mengajarkan pentingnya keseimbangan antara kekuatan dan kebijaksanaan.
Namun suatu hari, setelah bertahun-tahun memimpin, Prabu Siliwangi memutuskan untuk meninggalkan istana dan mencari ketenangan batin. Ia pergi ke hutan bersama para pengikut setianya dan konon mereka berubah menjadi harimau, sebagai simbol kekuatan dan keabadian.
Hingga kini, masyarakat Sunda masih mengenang Prabu Siliwangi sebagai lambang keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan.
Pesan moral dari dongeng sage Prabu Siliwangi ini adalah bahwa pemimpin sejati bukan hanya kuat dalam perang, tetapi juga bijak dalam menjaga kedamaian dan kesejahteraan rakyatnya.
Baca juga: 3 Cerita Dongeng Kancil dan Buaya yang Penuh Akal dan Pelajaran Hidup
Dongeng Parabel: Anak yang Jujur
Di sebuah desa kecil yang subur, hiduplah seorang anak bernama Raka. Ia dikenal baik hati dan selalu berkata jujur, meskipun hidupnya sederhana.
Suatu hari, raja di negeri itu mengumumkan sebuah perlombaan unik. Setiap anak diberikan satu biji benih, dan siapa pun yang berhasil menumbuhkan tanaman paling indah akan diangkat menjadi anak angkat sang raja.
Raka menerima biji itu dengan penuh semangat. Setiap hari ia menyirami dan merawatnya dengan hati-hati. Namun, hingga berminggu-minggu, biji itu tak kunjung tumbuh. Ia sempat sedih, tapi tetap memutuskan untuk membawa potnya yang kosong ke istana pada hari penilaian.
Di istana, anak-anak lain membawa pot berisi bunga-bunga indah dan segar. Raka berdiri dengan malu sambil memegang pot kosongnya. Raja melihatnya, lalu tersenyum dan berkata, “Anak ini yang pantas menjadi pemenang!”
Semua orang terkejut. Raja lalu menjelaskan, “Biji yang kuberikan sebenarnya sudah direbus, jadi tidak mungkin tumbuh. Anak ini satu-satunya yang jujur dan tidak menukar bijinya.”
Raka pun diangkat menjadi anak angkat sang raja dan hidup dengan bahagia.
Pesan moral dari dongeng parabel Anak yang Jujur ini adalah kejujuran selalu membawa kebaikan. Sekalipun terlihat merugikan di awal, kejujuran pada akhirnya akan menjadi jalan menuju keberuntungan dan kebahagiaan sejati.
Dongeng tidak hanya menjadi hiburan klasik, tetapi juga warisan budaya yang memperkaya imajinasi dan karakter pembacanya. Nah, jika kamu ingin membuat konten edukatif atau artikel menarik seperti ini agar mudah ditemukan di mesin pencari, Optimaise siap membantu!
Sebagai digital marketing agency Malang dan penyedia jasa SEO Bali, Optimaise dapat membantumu mengoptimalkan visibilitas website agar menjangkau lebih banyak pembaca.
Jangan lupa juga untuk menyimak artikel menarik lainnya seperti dongeng sebelum tidur romantis yang pastinya bikin malam kamu lebih hangat dan penuh makna.
