Siapa yang tak kenal dengan dongeng Si Kancil dan Buaya? Cerita klasik ini sudah diceritakan turun-temurun dan menjadi favorit anak-anak Indonesia. Dalam setiap versinya, dongeng Si Kancil dan Buaya selalu menghadirkan kisah penuh kecerdikan, kelicikan, dan pesan moral yang mendalam.
Melalui kelakuan cerdik Si Kancil yang berhasil menipu buaya-buaya lapar, dongeng Si Kancil dan Buaya tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan pentingnya berpikir cepat, bijak, dan berhati-hati dalam bertindak. Kini, kisah legendaris ini hadir dalam beragam versi menarik yang tetap relevan dan menyenangkan untuk dibaca kapan saja.
Table of Contents
Dongeng Si Kancil dan Buaya dalam Bahasa Inggris
One sunny day, the clever little Mouse deer, Kancil, was walking by the river. He felt hungry, and on the other side of the river, he saw a field full of fresh fruits and vegetables. But there was one problem, the river was full of hungry crocodiles.
Kancil thought for a while and smiled. “I must find a way to cross safely,” he said to himself.
Then he shouted, “Hey, Crocodiles! I bring an important message from the King of the Forest! The King wants to share delicious meat with all the crocodiles in this river. But first, I need to count you all.”
The crocodiles were excited. They quickly lined up from one side of the river to the other so that Kancil could count them. “Good!”, said Kancil.
Then he jumped from one crocodile’s back to another, saying, “one, two, three…”, until he reached the other side of the river.
When he reached the land, he laughed and shouted, “thank you, my friends! I just needed your backs to cross the river. There’s no meat for you today!”.
The crocodiles roared angrily, but Kancil was already far away, safe and happy.
Since that day, the crocodiles learned to be more careful, while Kancil continued his adventure proudly, knowing that cleverness is sometimes stronger than strength.
Baca juga: Kumpulan Dongeng Sang Kancil yang Mengajarkan Kecerdikan
Terjemahan:
Suatu hari yang cerah, Kancil yang cerdik berjalan di tepi sungai. Ia merasa lapar, dan di seberang sungai tampak ladang penuh buah dan sayuran segar. Tapi ada satu masalah, sungai itu penuh buaya lapar.
Kancil berpikir sejenak lalu tersenyum. “Aku harus mencari cara agar bisa menyeberang dengan aman,” katanya.
Ia lalu berteriak, “Hai Buaya! Aku membawa pesan penting dari Raja Hutan! Raja ingin membagikan daging lezat untuk semua buaya di sungai ini. Tapi aku harus menghitung jumlah kalian dulu.”
Buaya-buaya yang senang segera berbaris dari tepi ke tepi sungai. “Bagus!” kata Kancil, lalu ia melompat dari punggung satu buaya ke buaya lain sambil berkata, “Satu, dua, tiga…” hingga sampai di seberang.
Begitu menginjak darat, Kancil tertawa dan berteriak, “terima kasih, teman-teman! Aku hanya butuh punggung kalian untuk menyeberang. Tidak ada daging untuk kalian hari ini!” .
Buaya-buaya marah, tapi Kancil sudah jauh dan aman. Sejak hari itu, mereka belajar lebih berhati-hati, sementara Kancil tersenyum bangga, karena kecerdikan sering kali lebih kuat daripada kekuatan.
Dongeng Si Kancil dan Buaya dalam Bahasa Sunda
Dina hiji poé anu caang di sisi walungan, Si Kancil keur leumpang bari néangan dahareun. Teu lila, manéhna ningali di sabrang walungan aya kebon héjo pinuh ku buah jeung sayuran anu seger pisan. Tapi aya hiji hal anu matak sieun, walungan éta pinuh ku buaya-buaya anu lapar.
Si Kancil mikir sakedap, tuluy mesem. “Kuring kudu manggihan akal supaya bisa nyebrang kalayan aman,” pokna dina haté.
Tuluy manéhna nyarita tarik, “Heh, Buaya! Kuring mawa béja penting ti Raja Leuweung! Raja rék ngabagikeun daging pikeun sakabéh buaya di dieu. Tapi saméméh éta, kuring kudu ngitung heula sabaraha jumlah buaya di dieu.”
Buaya-buaya anu ngadéngé éta langsung sumanget. Maranéhna ngarayap ngarah ngabentuk jembatan ti sisi hiji ka sisi séjén walungan. “Ayeuna, hitung urang, Kancil!” ceuk salah sahiji buaya.
Si Kancil geura-geura naék kana tonggong buaya hiji-hiji bari ngitung, “hiji, dua, tilu…” nepi ka tungtungna manéhna ngahontal sabrang.
Sanggeus aya di darat, Si Kancil seuri tarik bari ngomong, “hatur nuhun, Buaya! Ayeuna kuring geus bisa nyebrang. Tapi daging anu tadi kuring caritakeun téh sabenerna bohong!”.
Buaya-buaya ngamuk, tapi teu bisa nanaon sabab Kancil geus jauh ti ditu.
Ti harita, buaya-buaya jadi leuwih waspada kana tipu daya Kancil. Ari Si Kancil sorangan leumpang bari seuri, reueus kana kalicikan jeung akalna anu sanggup ngéléhkeun kakuatan.
Baca juga: 5 Dongeng Buat Tidur Pacar untuk Mengakhiri Malam dengan Senyum
Dongeng Si Kancil dan Buaya Lengkap
Pada suatu hari yang cerah di hutan, Si Kancil berjalan-jalan mencari makanan. Ia merasa lapar setelah seharian berkeliling.
Dari kejauhan, ia melihat kebun mentimun di seberang sungai yang terlihat segar dan menggoda. Air sungai itu mengalir tenang, tapi di dalamnya banyak buaya yang sedang beristirahat. Si Kancil tahu, menyeberang begitu saja akan sangat berbahaya.
Namun, Kancil terkenal cerdik. Ia duduk sejenak di tepi sungai sambil berpikir keras. “Aku harus menyeberang tanpa dimakan buaya. Hmm… bagaimana caranya?”, gumamnya.
Tak lama kemudian, muncullah ide cemerlang di kepalanya. Dengan wajah tenang, Kancil berdiri dan berteriak, “Hai, Buaya! Aku datang membawa pesan dari Raja Hutan!”
Beberapa buaya segera muncul ke permukaan. “Pesan apa itu, Kancil?”, tanya salah satu dari mereka dengan suara berat.
“Raja Hutan ingin membagikan daging segar kepada semua buaya di sungai ini,” jawab Kancil.
“Tapi aku harus menghitung berapa jumlah kalian agar tidak ada yang tertinggal.” Mendengar kata daging segar, buaya-buaya menjadi sangat senang. Mereka pun berbaris dari tepi ke tepi sungai membentuk jembatan hidup.
Kancil tersenyum dalam hati. Ia lalu melompat ke punggung buaya pertama sambil pura-pura menghitung, “satu, dua, tiga…” dan terus melompat ke buaya berikutnya.
Buaya-buaya merasa bangga karena dianggap penting oleh utusan Raja Hutan. Ketika Kancil mencapai buaya terakhir, ia sudah berada di seberang sungai.
Dengan cepat, Kancil melompat ke darat dan tertawa terbahak-bahak. “Terima kasih, Buaya! Aku hanya ingin menyeberang, bukan menghitung kalian. Tidak ada daging untuk kalian hari ini!”, teriaknya dengan nada menggoda.
Buaya-buaya marah besar dan menggigit air dengan kesal, tapi Kancil sudah terlalu jauh untuk dikejar.
Dari atas bukit kecil, Kancil menatap ke arah sungai sambil berkata, “kekuatan memang penting, tapi kecerdikan jauh lebih berharga.”
Ia pun melanjutkan perjalanannya menuju kebun mentimun, menikmati buah segar dengan rasa puas dan bangga.
Sejak hari itu, buaya-buaya belajar untuk tidak mudah percaya pada kata-kata hewan kecil yang pandai berbicara. Sementara Si Kancil terus dikenal di seluruh hutan sebagai hewan yang paling licik sekaligus paling cerdas.
Seperti halnya dongeng Si Kancil dan Buaya yang mengajarkan kecerdikan dan kebijaksanaan, setiap kisah memiliki pesan moral yang dapat memperkuat hubungan dan menenangkan hati.
Jika kamu ingin membangun kepercayaan dan memperkuat visibilitas website layaknya pesan kuat dalam dongeng Si Kancil dan Buaya, Optimaise siap membantu.
Sebagai digital agency Malang penyedia jasa backlink profesional, Optimaise membantu meningkatkan otoritas situsmu agar lebih dikenal dan dipercaya di mesin pencari. Yuk, lanjutkan malam yang tenang dan romantis dengan menyimak artikel dongeng sebelum tidur romantis lainnya yang tak kalah menghangatkan.